Memasarkan Pariwisata Lewat Fotografi

Biasanya, hal yang berurusan dengan pemasaran yang terkait langsung dengan dunia pariwisata dewasa ini semakin gencar memaksimalkan strategi pemasaran digital (Digital Marketing) . Namun menjadi sulit rasanya jika berbicara dunia pemasaran online tanpa berbicara fotografi. Hal ini disebabkan karena pentingnya fotografi itu sendiri untuk mendukung daya tarik para wisatawan dalam mengunjungi destinasi wisata maupun berbagai penawaran pariwisata lainnya.

Jika Hotel Bisa Dibangun di Darat, Maka Laut pun Bisa Untuk Itu

Hotel, penginapan dan berbagai jenis akomodasi wisata lainnya biasanya menjadikan daratan sebagai lokasi utama pembangunannya. Namun bagaimana jadinya jika hal itu dilakukan secara berbeda dengan membuatnya di laut? Hotel terapung bukanlah hal yang mustahil untuk saat ini.

Adalah Botel sebutannya yaitu kapal atau perahu (boat) yang digunakan sebagai Hotel maupun hostel di wilayah perairan dengan fungsi yang tak ubahnya hotel atau penginapan sebagaimana yang ada di daratan. Bedanya, lokasinya saja yang ada di laut.

Di Indonesia sendiri, botel atau hotel apung ini digadang-gadang bahwa Labuan Bajo atau perairan Flores seputaran kepulauan Komodo menjadi yang pertama ada.

Hotel apung (botel) di Indonesia
Gambar via Instagram @djmikeyadventures.
Namun, jujur saja, layanan sejenis sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya saja, tidak mengunggulkan hotel terapung sebagai fungsi utamanya. Misalnya paket wisata Komodo atau Raja Ampat Liveaboard itu sendiri yang juga sangat memungkinkan para wisatawan untuk menginap diatas kapal.

Layanan wisata seperti ini biasanya sudah termasuk rencana perjalanan itu sendiri dimana sudah ada jadwal mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Dan wisatawan sendiri memang bisa menyewa kapalnya bahkan untuk menginap secara terus-menerus diatas perahu dan tidak berpindah ke penginapan di daratan.

Tapi yah, entah hal ini karena berhubungan dengan marketing atau bagaimana, yang jelas adanya hotel terapung ini juga bisa menjadi inspirasi akomodasi serta peluang bisnis baru bagi yang belum pernah memikirkannya.

Bagi masyarakat pesisir terutama yang bekerja sebagai nelayan, jauh sebelum penginapan terapung ini ada, nelayan bahkan sudah memiliki "rumah kedua" yang berlokasi di tengah laut. Biasanya dibangun di kawasan perairan dangkal yang jauh dari rumah utamanya yang berada di kawasan atol atau terumbu karang di tengah laut.

Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan sangat menyerupai rumah panggung yang biasanya banyak ditemui di daratan Indonesia Timur seperti Sulawesi, Maluku hingga Papua. Pemanfaatannya adalah selayaknya rumah biasan meskipun bangunannya agak kecil.

Para nelayan membangun rumah tengah laut tersebut karena tidak berjauhan dengan lokasi penangkapan ikan. Namun karena lokasi penangkapan tersebut cukup jauh dari pulau utama mereka tinggal, maka daripada bolak-balik yang menghabiskan tenaga dan biaya bahan bakar, akhirnya dibangunlah rumah kedua yang saya maksudkan tersebut.

Entah itu kapal atau rumah para nelayan ini, sebenarnya keduanya bisa dimanfaatkan sebagai inspirasi akomodasi bagi wisata perairan atau kelautan dimana keduanya dapat difungsikan secara sama yaitu sebagai tempat menginap. Mengenai bagaimana menjalankannya kedepannya, saya kira para pebisnis pariwisata akan selalu mendapatkan ide bagaimana melayani tamunya.

Intinya, saya kira bagi para pembaca sekalian, saya kira hal ini setidaknya bisa menjadi gebrakan baru untuk dikembangkan lagi dalam menunjang pariwisata bahari yang ada di Indonesia. Karena secara sejarah, hal itu memang sudah ada sejak dulu. Tinggal bagaimana memanfaatkan dan mengoperasikannya saja.

Jika anda berpikir siapa pula yang mau tinggal diatas kapal selama berhari-hari untuk menghabiskan liburannya? Anda tidak tahu saja bagaimana "gilanya" para orang kaya yang haus untuk menikmati pengalaman unik tersebut. Apalagi jika belum banyak yang mengalaminya.

Dunia pesiar memang aneh-aneh dan karena keanehan tersebutlah maka banyak yang semakin tertarik untuk menikmatinya.

Hotel terapung maupun paket wisata liveaboard ini sebenarnya juga menjadi momentum bagi bangsa kita sendiri untuk melestarikan kapal tradisional yang sudah ada sejak dulu. Meskipun pemanfaatannya bukan perdagangan, setidaknya desain kapal yangsudah ada bisa dilestarikan sehinga pengalaman berwisata di perairan Indonesia akan semakin otentik apalagi jika krunya adalah warga lokal sendiri.

Harapannya di masa depan, hal ini juga akan menjadi sumber ekonomi lokal dimana warga tidak harus berpikir untuk mendapatkan pekerjaan di daerah perkotaan yang skillnya belum tentu mampu untuk beradaptasi dan bersaing. Belum lagi, hal ini juga akan semakin mengasah kemampuan berlayar warga lokal yang sebenarnya sudah terbentuk sejak lama.

Komentar